Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

" Juve " Tanpa Conte, Bisakah pertahankan scudetto.?

Juve 'Tanpa' Conte, Bisakah Pertahankan Scudetto?


Selebrasi juara Juventus usai meraih Scudetto diganggu dengan tuntutan hukum pada Antonio Conte. Dipastikan tak didampingi sang allenatore di pinggir lapangan, bagaimana peluang Bianconeri mempertahankan takhta Seri A?

Conte adalah sosok sentral dalam sukses Juventus meraih Scudetto pertamanya dalam sembilan tahun terakhir di musim lalu. Bianconeri malah melakukannya dengan cara yang sangat baik: tak terkalahkan di 38 pertandingan. Satu-satunya kekalahan yang diderita sepanjang musim adalah di final Coppa Italia saat tunduk di tangan Napoli.

Sukses itu membuat tifosi Juventus meyakini kalau siklus dominasi mereka di Seri A akan kembali datang. Sebelumnya 'Si Nyonya Tua' sudah merasakan tiga siklus tersebut yakni bersama Carlo Carcano di paruh awal 1930-an, Giovanni Trapattoni (1970-an sampai pertengahan 1980) dan yang ketiga di bawah besutan Marcelo Lippi di periode 1990-an.

Namun tuntutan hukum yang menjerat Conte membuat harapan tersebut kini mulai luntur. Komisi Disiplin FIGC memvonis Conte dengan hukuman cekal selama 10 bulan, alias sepanjang musim kompetisi Seri A tahun ini. Pelatih 42 tahun itu tidak akan bisa mendampingi timnya di pinggir lapangan saat pertandingan dan menghadiri konferensi pers. Namun Conte masih bisa melatih Gianluigi Buffon cs di sesi latihan rutin sehari-hari.

Tak seperti Calciopoli di tahun 2006, Juventus dan Conte tidak terlibat langsung dalam skandal pengaturan pertandingan yang muncul tahun ini. Conte dinyatakan bersalah karena dia mengetahui terjadinya kasus pengaturan pertandingan namun tidak melaporkannya. Tapi tetap saja, kasus ini menyita perhatian dan tenaga manajemen klub yang setia membela Conte.

Sejauh ini, skuat Juventus menunjukkan kalau ketiadaan Conte di pinggir lapangan punya efek minim pada mereka. Meski diwarnai kontroversi, Juventus bisa memetik kemenangan atas Napoli di Supercoppa Italia. Akhir pekan kemarin kemenangan juga didapat atas AC Milan di ajang Trofeo Berlusconi. Untuk kedua pertandingan tersebut posisi Conte diisi oleh Massimo Carrera, yang sejatinya adalah asisten pelatih.

Sanksi pada Conte memang bisa melemahkan Juventus, tapi di sisi lain justru bisa menjadi penyatu tim. Ini akan jadi modal penting buat Juventus dalam persaingan meraih Scudetto di musim 2012/2013 yang akan kick off akhir pekan ini.

Terlepas dari masalah hukum yang melibatkan Conte, Juventus berhasil melakukan beberapa deal bagus di bursa transfer. Mauricio Isla dan Kwadwo Asamoah jadi pembelian penting untuk memperkuat lapangan tengah, sementara Martin Caceres dan Lucio akan menjamin Juventus punya pertahanan solid.

Satu nama lain yang diyakini bakal berkontribusi besar adalah Sebastian Giovinco. Striker 25 tahun itu tampil impresif bersama Parma di musim kemarin setelah berhasil menyumbang 15 gol.

Upaya Juventus mempertahanan Scudetto bakal tambah sulit bukan hanya karena mereka tak akan ditemani Conte di pinggir lapangan. Dibanding musim lalu, jadwal laga mereka bakal bertambah padat dengan partisipasi di Liga Champions. Ini jadi ancaman yang bisa memecah konsentrasi, dan tentunya menguras lebih banyak tenaga.

Namun sekali lagi, pada akhirnya sukes atau tidaknya Juventus di musim 2012/2013 akan dipengaruhi oleh Scommessopoli. Tidak hadirnya Conte di matchday bakal memberi pengaruh sangat besar buat Juventus, baik secara taktik maupun mental bertanding.

Di musim lalu dalam beberapa pertandingan, Juventus menunjukkan penampilan yang jauh lebih baik di babak kedua. Ini menunjukkan tangan dingin Conte sebagai peracik strategi dan motivator ulung buat anak didiknya. Dua peran ini sulit digantikan oleh Massimo Carrera. Conte adalah kehilangan yang tak tergantikan buat Juventus.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

8 Transfer MU dengan Arsenal

8 Transfer MU dengan Arsenal

Robin Van Persie tinggal sejengkal lagi resmi pindah dari Arsenal ke Manchester United. Keduanya memang rival di Liga Inggris, tapi ini bukan kali pertama ada pemain Arsenal menyeberang ke MU atau sebaliknya.

Sejak bergulirnya era Liga Primer Inggris pada tahun 1992 silam, pertarungan Arsenal dan MU acapkali mewarnai berjalannya musim. Meski era ini mengetengahkan persaingan paling sengit, rivalitas mereka sudah lama terjalin mengingat kedua klub seringkali menghuni divisi yang sama sejak 1919.

Di bursa transfer musim panas kali ini, Robin Van Persie berpeluang memanaskan rivalitas tersebut di masa depan jika transfernya dari Arsenal ke MU rampung. Rasa getir niscaya dirasakan fans The Gunners jika akhirnya sang kapten tim justru hijrah ke salah satu klub rival di Inggris.

Pun demikian, transfer pemain dari Arsenal ke MU, atau sebaliknya dari MU ke Arsenal, bukanlah yang pertama kali terjadi. Berikut beberapa transfer tersebut:

1. David Herd (dari Arsenal ke MU)

 Berposisi sebagai penyerang, pemain Skotlandia kelahiran 15 April 1934 itu mulai mencuri perhatian ketika berseragam Arsenal pada periode 1954-1961.

Pada tahun 1961 Herd hijrah ke MU, kabarnya karena merasa ragu dengan ambisi Arsenal meraih gelar. Bersama 'Setan Merah', yang dibelanya sampai tahun 1968, ia tampil lebih tajam.

Situs MU pun kini mencatat Herd sebagai salah satu topskorer sepanjang masa di klub itu, dengan 265 penampilan dan 145 gol.

 2. Ian Ure (dari Arsenal ke MU)

Ure, pemain Skotlandia kelahiran 7 Desember 1939, berkecimpung dalam sepakbola di tanah Inggris selama 8 tahun. Dalam kurun waktu tersebut, ia cuma membela dua klub, Arsenal dan MU.

Arsenal, yang dihuninya pada 1963-1969, menjadi klub pertama Ure di Inggris. Musim pertamanya di 'Gudang Peluru' dilalui dengan oke, tapi lambat laun ia kehilangan posisi dan dilego ke MU.

Penampilan Ure di MU sendiri terbilang terbatas. Ia mencatat kurang dari 50 penampilan liga bersama MU sebelum akhirnya angkat koper pada tahun 1971.
  
3. Jimmy Rimmer (dari MU ke Arsenal)

 Menimba ilmu di akademi sepakbola MU, Rimmer yang berposisi sebagai penjaga gawang juga memulai karier profesionalnya bersama klub tersebut pada tahun 1965.

Di MU, pria Inggris kelahiran 10 Februari 1948 itu lebih banyak menghabiskan waktu di bangku cadangan untuk menjadi pelapis Alex Stepney. Rimmer akhirnya dipinjamkan ke Swansea City pada bulan Oktober tahun 1973.

Bersama Swansea, Rimmer kemudian tampil cukup mengesankan sehingga Arsenal yang kepincut pun membelinya dari MU pada bulan Februari 1974. Ia membela Arsenal sampai tahun 1977.

4. George Graham (dari Arsenal ke MU)

Membela Arsenal pada periode 1966-1972, Graham juga menjadi sosok penting dalam keberhasilan klub London itu meraih gelar juara dobel pada musim 1970-71; Piala FA dan Divisi Satu.

Graham, yang memiliki naluri serang tinggi meski bermain sebagai gelandang, harus berkemas dari Arsenal pada tahun 1972 setelah posisinya di tim direbut Alan Ball.

Pada bulan Desember 1972, Graham dilego Arsenal ke MU. Ia kemudian bertahan sampai tahun 1974 bersama 'Setan Merah'.

5. Brian Kidd (dari MU ke Arsenal)
 
Mulai bersepakbola di akademi MU, Kidd kemudian juga menembus tim senior The Red Devils mulai tahun 1967. Berposisi sebagai pemain depan, Kidd mulai mencuri perhatian.

Setelah mengemas 52 gol dalam 203 penampilan di liga untuk MU, Kidd pindah ke Arsenal pada tahun 1974. Ia bersama The Gunners sampai tahun 1976, sebelum hijrah ke Manchester City.


6. Frank Stapleton (dari Arsenal ke MU)

Stapleton memulai karier profesional di sepakbola bersama Arsenal pada tahun 1974. Punya reputasi sebagai penyerang yang punya tekel-tekel keras, ia juga dikenal tajam di depan gawang lawan dan punya sundulan jitu.

Sepanjang kariernya bersama Arsenal, Stapleton mencatat 75 gol dalam 225 penampilan liga. Ia diboyong MU pada tahun 1981, dengan harga transfer yang membutuhkan campur tangan pengadilan karena Arsenal dan MU tidak dapat bersepakat dengan harga transfernya.

Di MU, karier Stapleton masih bersinar. Ia ikut membantu MU menjuarai Piala FA 1983 dan 1985. Stapleton meninggalkan The Red Devils pada tahun 1987 setelah membuat 60 gol dalam 223 penampilan liga.

7. Viv Anderson (dari Arsenal ke MU)

 Sepanjang kariernya bermain, Anderson punya reputasi sebagai bek tangguh. Kepiawaiannya di lini belakang di antaranya turut membantu Nottingham Forrest, klub pertamanya, menjuarai Piala Champions--format lama Liga Champions--1978–79, 1979–80.

Mulai redup di Forrest, Anderson kemudian hijrah ke Arsenal pada tahun 1984 dalam usaha membangkitkan kembali kariernya. Anderson lantas ikut membantu Arsenal menjuarai Piala Liga Inggris 1986–87. Ia lalu pindah ke MU pada tahun 1987.

Pemain Inggris kelahiran 29 Juli 1956 tersebut menjadi salah satu rekrutan awal Alex Ferguson saat memanajeri MU. Karier Anderson di MU berakhir tahun 1991 menyusul datangnya Denis Irwin.

8. Mikael Silvestre (dari MU ke Arsenal)

 Silvestre tercatat sebagai pemain pertama yang transfernya melibatkan MU dan Arsenal di era Liga Primer Inggris yang mulai bergulir tahun 1992.

Direkrut MU dari Inter Milan pada tahun 1999, bek Prancis itu awalnya sempat sulit beradaptasi. Baru pada musim 2001–02 Silvestre berhasil menjadi salah satu pilar 'Setan Merah' dengan menunjukkan ketangguhan saat bertahan sekaligus kecermatan memberikan umpan ketika menyerang.

Pada prosesnya, cedera yang acapkali membelit membuat karier Silvestre di MU berakhir pada tahun 2008, setelah ia mencatatkan 249 penampilan di liga.

Setelah itu Arsenal menjadi klub baru Silvestre. Kariernya bersama The Gunners kemudian berakhir tahun 2010, setelah sebelumnya ia dituding melakukan beberapa kesalahan fatal di sektor pertahanan.


sumber : http://sport.detik.com/sepakbola/read/2012/08/16/103420/1992913/72/0/8-transfer-mu-dengan-arsenalb99220270

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Messi, Ronaldo, & Iniesta Finalis Pemain Terbaik di Eropa

Messi, Ronaldo, & Iniesta Finalis Pemain Terbaik di Eropa


 UEFA telah mengumumkan tiga nama pemain yang menjadi finalis penghargaan Pemain Terbaik di Eropa. Ketiga nama tersebut adalah Lionel Messi, Cristiano Ronaldo, dan Andres Iniesta.

Penghargaan ini diberikan sejak tahun lalu setelah Ballon d'Or dilebur dengan penghargaan pemain terbaik dunia versi FIFA. Di edisi pertama, Messi yang mendapatkannya usai mengalahkan Ronaldo dan Xavi Hernandez.

Untuk edisi kedua ini, Messi dan Ronaldo kembali jadi finalis. Mereka, dan juga Iniesta, merupakan tiga pemain yang mendapatkan suara terbanyak dari para jurnalis dari 53 negara anggota UEFA.

Selanjutnya, tiga nama di atas akan kembali diadu pada 30 Agustus mendatang di Monako untuk dipilih yang terbaik. Penentuan pemenang akan dilakukan berdasarkan voting para jurnalis yang ambil bagian di putaran pertama.

UEFA juga telah mengumumkan nama-nama yang menduduki posisi keempat hingga kesepuluh. Mereka adalah Andrea Pirlo (90 poin), Xavi (57 poin), Iker Casillas (53 poin), Didier Drogba (31 poin), Petr Cech (14 poin), Falcao (14 poin), dan Mesut Oezil (10 poin).

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Big Four Liga Inggris: Siapa Lagi Bakal Tercoret?

Big Four Liga Inggris: Siapa Lagi Bakal Tercoret?

 Dalam beberapa musim terakhir Big Four Liga Inggris tak lagi dan tak selalu beranggotakan Manchester United, Arsenal, Chelsea, dan Liverpool. Musim ini siapa lagi bakal tercoret dari daftar itu?

Apakah dominasi MU, Arsenal, Chelsea, dan Liverpool sudah jadi cerita usang? Entahlah. Tapi, klasemen Premier League dalam dua musim terakhir menunjukkan bahwa hanya MU dan Arsenal yang konsisten finis di zona empat besar. Sementara selebihnya tergerus oleh kekuatan-kekuatan baru. Terakhir kali keempatnya duduk di zona empat besar bersama-sama adalah pada musim 2008/2009.

Sejak City mendapatkan suntikan dana besar dari Sheikh Mansour, Tottenham Hotspur menumpuk tinggi ambisi mereka, dan Newcastle United menunjukkan bahwa skuat yang solid juga bisa jadi penantang, sedikit demi sedikit wajah dan dominasi Premier League berubah. Liverpool sudah didepak oleh Spurs lebih dulu pada musim 2009/2010 dan selanjutnya belum pernah lagi finis di empat besar.

Dalam dua musim terakhir City bahkan benar-benar menunjukkan bahwa dominasi itu bisa diruntuhkan. Musim kemarin mereka sukses menjadi juara, meski harus menunggu sampai hari terakhir dan hanya dibedakan oleh selisih gol. Chelsea, yang tampil sebagai juara Eropa, terlempar ke posisi enam dan harus mengandalkan status barunya itu untuk bisa tampil lagi di Liga Champions. Liverpool? Finis lebih buruk dari musim sebelumnya: di posisi delapan.

So, akan seperti apa Liga Inggris musim ini? Mari kita tengok. Skuat City relatif tidak berubah drastis, meski Roberto Mancini mencak-mencak karena lemahnya aktivitas di bursa transfer. Sejauh ini baru Jack Rodwell yang berhasil didatangkan. Namun, menilik apa yang dikatakan Matt Le Tissier, City dinilai tak perlu khawatir. Eks bintang Southampton dan Inggris itu menilai bahwa tanpa pemain baru pun skuat City sudah cukup bagus. Hal ini setidaknya bisa dilihat kala mereka mengalahkan Chelsea 3-2 di Comunity Shield--meski The Blues bermain dengan 10 pemain sepanjang babak kedua, setelah unggul 1-0 di babak pertama.

City punya pemberi operan brilian pada diri David Silva, pembunuh di kotak penalti nan ulung pada Sergio Aguero, dan gelandang tengah brilian pada Yaya Toure. Masalah muncul ketika Toure absen untuk bermain di Piala Afrika musim lalu. City hanya tinggal memiliki Gareth Barry, Nigel De Jong, dan Owen Hargreaves. Ketika itu, Mancini sempat mengeluhkan minimnya pilihan di skuatnya. Jika melihat Hargreaves sering cedera dan yang bisa diandalkan tinggal Barry dan De Jong, maka Mancini ada benarnya.

Di belakang City ada sang rival sekota, MU. Sir Alex Ferguson mengaku terpukul melihat timnya gagal menjadi juara di hari terakhir dan kalah lewat selisih gol pula. Ditambah fakta bahwa 'Setan Merah' hancur-lebur di Eropa, manajer asal Skotlandia itu sadar timnya butuh diperbaiki. Lini tengah lesu. Tanpa kehadiran Paul Scholes, aliran bola tidak jalan, sampai akhirnya "Si Pangeran Jahe" itu kembali harus memakai sepatu bolanya lagi. Shinji Kagawa pun dibeli, tapi sudah selesaikah masalah? Beberapa blog suporter lokal MU masih sedikit meragukan kesiapan skuat dan ketertarikan terhadap Robin van Persie pun dinilai tidak banyak membantu.

Masalah MU memang terletak pada sistem permainan, yang mana pada musim kemarin kerap dikritik bak bermain tanpa darah. Oleh karenanya, patut ditunggu bagaimana Fergie mengembalikan kesegaran pada sistem itu, membuat mesinnya kembali bekerja, seperti pada era 2007-2009 di mana mereka merajai Inggris dan sukses menaklukkan Eropa. Selain itu, mereka bisa berharap cedera tak sering-sering datang lagi seperti yang terjadi pada musim lalu.

Yang tak kalah menarik adalah melihat bagaimana revolusi Liverpool, yang kini berada di bawah arahan Brendan Rodgers. Finis di urutan delapan --dan berada di bawah Everton-- adalah sebuah kesimpulan tegas betapa buruknya The Reds musim kemarin, meski pada akhirnya ada satu trofi diraih, yakni Piala Carling. Toh, tetap saja hasil itu tak bisa menyelamatkan Kenny Dalglish.

Rodgers, yang banyak dipuji atas apa yang dilakukannya di Swansea, mengemban harapan perbaikan itu. Harapannya bukan sekadar pada hasil, tapi juga proses. Rodgers yang senang menerapkan ball possession tinggi dan pressing ketat diharapkan bisa mengubah gaya main Liverpool, dan inilah yang dilakukannya selama tur pra-musim. Sejauh ini, ia mengaku puas atas hasil yang sudah ditunjukkan oleh Steven Gerrard dkk. Tinggal dinantikan saja bagaimana hasilnya di musim yang sesungguhnya.

Sekarang mari ke London. Chelsea tidak merasa cukup meskipun di dalam skuat mereka sudah bercokol penuh nama-nama mentereng. Sepeninggal Didier Drogba, mereka belanja besar dengan mendatangkan Eden Hazard, Marko Marin, hingga Oscar. Pembelian belum usai karena 'Si Biru' masih dikabarkan mengincar Victor Moses dan Andre Schuerrle. Roberto Di Matteo punya alasan di balik banyaknya rekrutan baru ini.

Pria asal Italia itu menilai bahwa musim kemarin hanya Juan Mata yang cocok untuk dimainkan di pos belakang penyerang. Kini dengan datangnya Hazard, ia punya pilihan lebih untuk posisi itu. Plus, datangnya Hazard dan Marin membuatnya punya opsi lebih untuk melakukan tusukan via sisi lapangan. Hazard dan Marin dikenal punya kemampuan dribbling dan kecepatan yang oke. Singkatnya, Chelsea tak mau tercoret lagi dari daftar empat besar di akhir musim.

Lalu, ada Tottenham yang sudah mendepak Harry Redknapp dan mempekerjakan Andre Villas-Boas, pria asal Portugal yang tidak sampai satu musim menangani Chelsea lantaran (dikabarkan) bermasalah dengan para pemain seniornya. Kini, Villas-Boas siap membuktikan diri lagi bersama Tottenham. Ia mengaku, suasana yang ditemuinya di White Hart Lane lebih menyenangkan dari Stamford Bridge. Tinggal bagaimana dia meracik tim pemain yang sudah ada dengan para muka baru semodel Jan Vertonghen dan Gylfi Sigurdsson. Villas-Boas yang senang dengan sepakbola menyerang bisa jadi bakal cocok dengan gaya eksplosif Tottenham.

Terakhir ada Arsenal, yang musim kemarin disebut terlalu banyak bergantung pada Van Persie. Saking bergantungnya, Harry Redknapp sampai yakin mereka bakal kembali terlunta-lunta musim ini jika Van Persie jadi hengkang. Sebagai tambahan, Redknapp juga meyakini bahwa Tottenham bakal finis di atas mereka.

Redknapp boleh berpendapat, tetapi Arsene Wenger pasti tidak setuju. Dibandingkan musim lalu di mana The Gunners cukup lamban di bursa transfer--baru membeli Mikel Arteta dkk. ketika musim sudah berjalan--, kali ini mereka bergerak cepat. Lukas Podolski, Olivier Giroud, dan Santi Cazorla sudah digaet. Meski tak kunjung meraih gelar juara, tetapi Arsenal tak pernah absen tampil di Liga Champions lantaran posisi mereka di akhir musim selalu berada di empat besar. Setidaknya demikianlah dalam beberapa musim terakhir.

Jadi, siapa yang bakal tercoret dari empat besar pada musim ini? Setiap orang pasti punya jawabannya sendiri, tak terkecuali Matt Le Tissier.

"Saya pikir, Manchester United akan menekan City dengan kuat sekali lagi. Chelsea akan bersaing lebih ketat dengan mereka dibandingkan musim lalu dan mungkin saja mengendap-endap ke posisi tiga musim ini. Untuk posisi empat, Anda mungkin bisa melihat di antara Arsenal, Liverpool, dan Spurs. Saat ini, Anda bisa bilang bahwa Arsenal berada di posisi yang lebih baik, tapi jika Robin van Persie hengkang mereka bakal melemah. Tapi, saat ini, dengan Van Persie masih ada di dalam tim, saya akan bilang bahwa Arsenal akan menempati posisi empat."

Setuju dengan pendapat Le Tissier?

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS